Adanya
pengajian kilatan kitab Hadis Shohih Al Bukhori di bulan Jumadil Akhir, sebab
dorongan dari keluarga Bani Misbah. Karena bulan Jumadil Akhir adalah bulan
haul KH. Hasan Asy’ari dan untuk memperingati haul tersebut akan bertambah
semarak apabila disertai pembacaan kitab-kitab kuning diantaranya yaitu dua
kitab hadis Shohih Bukhori dan Shohih Muslim yang diiringi oleh kitab-kitab
yang lain.
Kemudian semua keluarga dikumpulkan
dan atas dorongan KH. Shodaqoh Bugen Semarang memilih Simbah KH. Ahmad Asy’ari
(putra Simbah KH. Hasan Asy’ari ) untuk membacakan dua kitab tersebut secara
bergantian. Adapun pembacaan kitab hadis tersebut dimulai pada tahun 1948 M.
pada tahun itu yang dibaca adalah kitab Shohihul Bukhori dan pada tahun
berikutnya yang dibaca adalah kitab Shohihul Muslim, begitu seterusnya secara
bergantian.
Ke
Sultan Agung Semarang
Bulan berlalu, tahunpun terus berganti, pengajian
rutinan bulan Jumadil Akhir berjalan dengan baik. Tahun demi tahun makin
bertambah semarak dengan peserta pengajian yang datang dari berbagai penjuru, tidak
hanya dari indonesia tapi juga dari negara-negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura.
Pada tahun 1977 M menjelang bulan Jumadil Akhir Simbah KH. Ahmad Asy’ari sakit,
lalu Beliau dirawat di Ketapang Susukan Kab. Semarang. Sampai pada bulan Jumadil
Akhir Simbah KH. Ahmad Asy’ari belum juga sembuh, padahal para santri peserta
kilatan sudah banyak yang datang dari berbagai penjuru. Kemudian Beliau Simbah
KH. Ahmad Asy’ari dijemput putranya (KH. Habib Ahmad dan KH. Ma’mun Ahmad)
untuk diajak pulang karena sudah dinanti oleh para santri peserta pengajian.
Karena beliau masih dalam keadaan sakit, maka pada waktu itu pengajian Shohihul Muslim bukan di masjid, melainkan di kediaman beliau
(ndalem).
Digantikan oleh Adik dan
Kedua Putranya
Karena dalam keadaan sakit, kurang
dari lima hari beliau tidak bisa meneruskan pembacaan kitab tersebut. Kemudian keluarganya
dikumpulkan kembali dan sepakat untuk menjemput KH. Shodaqoh (kakak beliau)
dari Bugen Semarang supaya meneruskan
pengajian kitab hadis tersebut. Kemudian pengajian kitab tersebut dilanjutkan
oleh KH. Shodaqoh, namun tidak berlangsung lama sebab banyak kegiatan dan
kesibukan beliau. Keluarga pun sepakat untuk memilih KH. Fadhil Asy’ari, KH. Habib
Ahmad dan KH. Ma’mun Ahmad untuk meneruskan pengajian tersebut. Dan semenjak
itulah beliau bertiga yang meneruskan pengajian kilatan di Al-Ittihad, menggantikan
Simbah KH.Ahmad Asy’ari yang telah kembali ke Rahmatullah di bulan Sya’ban
tahun 1977 M.
Tinggal Berdua
Tahun demi tahun, dalam bulan Jumadil Akhir
pengajian pun berlangsung dengan baik. Namun pada tahun 1987 M, tepatnya di bulan Jumadil Akhir (saat
kilatan kitab Shohih Muslim) Poncol kembali kehilangan ulama’ tercintanya yaitu
KH. Habib Ahmad yang senantiasa mendampingi pamannya -KH. Fadhil Asy’ari- dan
adiknya -K.H Ma’mun Ahmad- dalam pengajian kilatan. Pada tanggal 14 Jumadil
Akhir tahun 1987 M beliau pulang ke
rahmatulloh, dan semenjak kepergiannya pembacaan kitab hadis diserahkan
sepenuhnya kepada Simbah KH. Fadhil Asy’ari dan KH. Ma’mun Ahmad. Namun pada
tahun 2003 yang bertepatan dengan pengajian kitab hadist Shohihul Muslim,
beliau simbah KH. Ma’mun Ahmad tidak dapat mengikuti pengajian sebab saat itu beliau
sakit dan hanya membuka adanya pengajian kitab Shohihul Muslim. Kemudian
dilanjutkan oleh adiknya beliau KH. Musta’in Ahmad.
Pada tahun 2006 pengajian kitab Shohihul Bukhori
dibacakan oleh KH. Fadhil Asy’ari dan KH. Musta’in Ahmad yang dibantu oleh keponakan
KH. Fadhil Asy’ari yaitu KH. Nur Cholish Thohir.
Ditinggal
Dua Ulama’ Besar
Pada tahun 2007, lagi-lagi Poncol
harus berduka cita karena kehilangan Ulama’ sepuh mereka yang selama ini
merupakan lampu sebagai penerang kegelapan di setiap detiknya. Bagaimana tidak?
Hanya dalam waktu tiga bulan poncol harus kehilangan dua Ulama’ sepuh yang
selama ini menjadi pondasi dan tulang punggung adanya pondok pesantren
AL-ITTIHAD tercinta. Mereka adalah KH. Ma’mun Ahmad yang meninggal tepat pada
hari Ahad malam Senin tanggal 10 Muharrom 1428 H (28 Januari 2007 M) dan KH. Fadhil
Asy’ari, yang pulang ke rahmatullah tepatnya pada hari Senin tanggal 18 Jumadil
Ula 1428 H (4 Juni 2007 M).
Sepeniggal KH. Fadhil Asy’ari
dan KH. Ma’mun Ahmad, para keluarga sepakat bahwa pembacaan kitab hadits di
bulan Jumadil Akhir tahun 2007 yang saat itu bertepatan dengan kitab hadits
Shohihul Muslim diteruskan oleh empat orang yaitu KH. Musta’in Ahmad, KH. Nurcholish
Thohir, KH. Fathurrohman Thohir, dan K. Muhammad Fatih AL-Hafidz hingga pada
tahun 2009 M.
Pada tahun 2010 M bertepatan
pembacaan kitab Shohihul Bukhori, mengingat kondisi KH. Musta’in Ahmad yang
belum sepenuhnya sembuh dari sakit beliau, maka beliau meminta bantuan kepada adiknya
K. Hasan Al-Faruq bin KH. Ahmad Asy’ari. Pada tahun 1433/2012 ini, K. Hasan
Al-Faruq tidak lagi ikut membantu pembacaan kitab Shohihul Bukhori karena
--alhamdulillah-- beliau KH. Musta’in Ahmad sudah sehat.
Semoga Beliau-beliau dapat meneruskan apa yang
telah menjadi wasiat dari para leluhurnya. Amin ya Robbal ‘alamin…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar